Implementasi Budaya Positif
Implementasi Budaya Positif
Merdeka Belajar
Ki Hadjar
Dewantara menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat
yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Ki Hadjar Dewantara
juga mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan
dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak
kehilangan arah serta membahayakan dirinya. Semangat agar anak bisa bebas
belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan
kesusilaan manusia ini yang akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan
Indonesia saat ini, Merdeka Belajar.
Mas Mentri (Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), menyatakan bahwa "Merdeka Belajar" paling tepat digunakan sebagai filosofi perubahan dari metode pembelajaran yang terjadi selama ini. Sebab, dalam "Merdeka Belajar" terdapat kemandirian dan kemerdekaan bagi lingkungan pendidikan menentukan sendiri cara terbaik dalam proses pembelajaran.
Dengan melaksanakan Merdeka Belajar, diharapkan terbentuk SDM unggul yang mempunyai Profil Pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Dalam mewujudkan cita-cita mulia, mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila, tentu dibutuhkan lingkungan positif dan kondusif. Lingkungan
ini kita sebut sebagai Budaya Positif.
Budaya
Positif
Budaya Positif di sekolah adalah nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada
murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan
bertanggung jawab. Budaya positif tercipta ketika keyakinan kelas menjadi
akarnya, dengan posisi kontrol yang tepat, menerapkan disiplin positif dan
mempraktikkan segitiga restitusi yang bijak mempertimbangkan motivasi perilaku
anak murid kita.
Budaya Positif sejalan dengan tujuan pendidikan karena budaya positif
merupakan implementasi dari Merdeka
Belajar.
Implementasi Budaya Positif
Kita memulai penerapan Budaya
Positif dari akarnya terlebih dahulu, yaitu keyakinan kelas. Keyakinan kelas
sangat penting dimiliki sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas,
yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam
sebuah sekolah/kelas.
Berikut ini adalah linimasa
dalam pembentukan keyakinan kelas 6A di SDN 041 Cibuntu Warung Muncang Kota
Bandung.
Desiminasi untuk mengenalkan budaya positif saya lakukan
dalam berbagai cara, melalui kegiatan berkumpul dengan rekan-rekan guru sharing
secara langsung juga melalui webinar yang diikuti oleh guru-guru dan Kepala Sekolah dari SDN
041 Cibuntu Warung Muncang, SDN 214 Perumnas Cijerah, SDN 061 Cijerah, SDN 036
Ujungberung, SDN 080 Bojong Indah Cibuntu, Pengajar Praktik (Ibu Farida Sri
Indratini, M.Pd.) serta teman-teman CGP angkatan 4 yang diwakili oleh Pak Agus
Gustiwan, Bu Wiwin Sawinah, dan Pak Rival Rinaldi. Suatu kehormatan, karena Pak
Januar Masliady, M.Pd (Kepala Sekolah SDN 041 Cibuntu Warung Muncang) bersedia
berkolaborasi memberikan materi bersama saya untuk webinar ini . Saya juga
melakukan desiminasi melalui You Tube, dengan tema komponen-komponen penting
dari budaya positif, yang bisa diakses di chanel dadi sulistiyati.
Dalam mengenalkan keyakinan kelas ke murid-murid, saya
lakukan secara daring (Google Meet) dan luring (PTM). Setelah dicapai
kesepakatan mengenai keyakinan kelas, saya menuangkan dalam bentuk poster,
membagi ke WA grup kelas dan juga memasang di dinding kelas.
Setelah dibentuk keyakinan kelas, diharapkan budaya
postif tercipta di kelas dan dalam pembelajaran, terciptanya suasana belajar
yang berpihak pada murid serta menumbuhkan karakter baik pada diri murid.
Indikasi dari tercapainya hal tersebut adalah:
1. Siswa meyakini dan menerapkan keyakinan kelas yang
disepakati bersama.
2. Siswa memecahkan masalah dengan berlandaskan keyakinan
kelas.
3. Siswa memiliki rasa tanggung jawab serta kesadaran yang
tinggi dalam melakukan nilai-nilai kebaikan dalam keyakinan kelas.
4. Siswa merasa merdeka dan bahagia saat pembelajaran.
Dalam mewujudkan budaya positif di sekolah tentu perlu
kerjasama tim yang solid dari warga sekolah. Semua warga sekolah memegang peran
penting. Baik murid, guru, kepala sekolah, tenaga administrasi maupun caraka.
Bahkan budaya positif sangat memerlukan dukungan dari orang tua murid sebagai
pendamping, pembimbing dan pemantau murid, karena orang tua berinteraksi
langsung dengan murid lebih lama dibandingkan dengan guru, yaitu di rumah
(lingkungan keluarga).
https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/merdeka-belajar
Mantaaap
ReplyDeleteLuar Biasa
Terimakasih banyak Pak Imran ....
DeleteKeren banget Bu Dadi, luar biasa saya salut dan kagum deh atas metode pembelajaran yang dilakukan Bu Dadi untuk anak didik, makasih banget ya saya jd bisa banyak belajar dari apa yg telah Bu Dadi lakukan,kerennnnnn
ReplyDeleteAlhamdulillah, semoga bermanfaat Bu Guru hebat 🙏🙏🙏
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteLuaarrr Biasa Bu Dadi...sangat Meng Inspirasi Saya Dalam Mengimplementasikan Budaya Positif..Sukses Terus yaa..
ReplyDeleteSangat lengkap dan membahana Bu Dadi...semoga tergapai visi siswa yang berakhlak muiia
ReplyDeleteKeren Bu Dadi, sangat menginspirasi
ReplyDelete