3.3.a.10. Aksi Nyata - 

Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid


Menguatkan Karakter Peduli Lingkungan pada Murid

Melalui Program Gerabah


GERABAH (Gerakan Mengolah Limbah) merupakan program kokurikuker peduli lingkungan yang diterapkan di sekolah kami, SDN 041 Cibuntu Warung Muncang Kota Bandung, dengan murid kelas 6 (usia 12-13 tahun) sebagai kontributor & pemeran utama. Program ini disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah yang diselaraskan dengan karakteristik murid.

Ide pembuatan program Gerabah sebenarnya muncul dari peristiwa sederhana di kelas saya. Saat itu kami sedang belajar di luar kelas, ketika tiba waktu sholat Dzuhur ternyata tidak ada air bersih (belum beli). Saya bertanya ke murid-murid, “Kenapa bisa begini?” Anak-anak menjawab, “Ga tau buuu…” Saya berusaha memancing mereka supaya bisa menjawab dengan tepat, “Ok, kalau begitu, silahkan cari tahu, kenapa kita kesulitan air bersih. Besok pagi harus ada jawaban ya”. Keesokan harinya, saya melontarkan pertanyaan yang sama. Mereka sudah mencari informasi dari orang tua mereka, bahwa penyebab kami kekurangan air bersih karena adanya pencemaran dari pabrik tahu, yang banyak terdapat di sekitar sekolah. Akhirnya timbullah gagasan dari para murid untuk mengurangi pencemaran tersebut.

Tujuan utama dari Program Gerabah adalah:

  • menumbuhkan sikap kritis peduli lingkungan dan berpikir kreatif menghadapi pencemaran di lingkungan sekitar;
  • berkontribusi aktif dalam memperbaiki kerusakan alam di sekitar;
  • menguatkan interaksi sosial antarmurid secara positif, arif, dan bijaksana.


Latar Belakang

Konsep yang mendasari program ini adalah pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan manusia selamat dan bahagia, yang akan tercapai jika murid bertumbuh kembang dalam budaya positif. Nilai dan peran guru sangat penting untuk menggali potensi murid, serta memfasilitasi dengan membuat program yang berdampak pada murid.

Melalui pemetaan aset, survei dan interview dengan murid, orang tua, juga rekan guru, sumber daya manusia dan alam di SDN 041 Cibuntu Warung Muncang Kota Bandung perlu diberdayakan secara optimal. Program ini dipilih karena lingkungan sekolah kami mengalami pencemaran air akibat limbah pabrik tahu, sehingga timbul ide untuk mengolah limbah ongok menjadi barang bernilai jual berupa briket. Diharapkan program ini bisa membangun interaksi sosial positif antarmurid juga meningkatkan keterampilan sebagai bekal hidup (terjun ke masyarakat) supaya sejahtera, serta menumbuhkan karakter peka lingkungan.

Program Gerabah ini merupakan implementasi dalam menerapkan strategi dalam memunculkan student agency, baik voice, choice, maupun ownership, yang tercermin pada tahap persiapan, pelaksanaan maupun evaluasi dan refleksi program.


Tahap Persiapan

Program Gerabah diawali dengan tahap persiapan berupa riset aset alam di sekitar sekolah, kemudian diskusi cara meningkatkan kreativitas murid, dengan KS, rekan guru, juga warga sekitar. Saya mengobservasi minat bakat murid dengan berdialog langsung, juga berdiskusi cara meningkatkan interaksi antarmurid dan memanfaatkan aset alam dengan orang tua murid dan rekan guru. Saya mencari referensi mengolah limbah dari internet serta mengadakan curah pendapat dengan murid bagaimana mengatasi pencemaran air di sekitar.

Saya menyediakan ruang dialog untuk murid untuk membahas mimpi dan dampak dri program ini. Saya beri kesempatan mereka untuk menyusun rencana, membuat jadwal, juga berkomitmen atas apa yang sudah mereka putuskan. Tentu dengan bersepakat dengan pimpinan juga orang tua murid.

 
 
 


 

Tahap Pelaksanaan

Menyediakan ruang bagi murid untuk melaksanakan program Gerabah merupakan  strategi dlam memunculkan Ownership dan membuka keleluasaan murid untuk berinovasi mengolah limbah tahu melalui karyanya, bentuk kemasan, cara mengiklankan, cara memasarkan dan membuat laporan/presentasi program sesuai gaya, minat dan bakat mereka. (Choice).

Selama program Gerabah berjalan, terdapat beberapa kendala. Diantaranya adalah kurang tertariknya orangtua murid dalam program tersebut. Alasan utamanya adalah menganggap program tersebut buang-buang waktu, tidak ada manfaatnya. Setelah diberikan penjelasan, prosedur, serta manfaat untuk membangun karakter baik anak.

 

 

 
 
 

Dalam proses pembuatan briket pun terjadi kesulitan, produk pertama gagal karena briket tidak bisa dicetak. Hal ini diatasi dengan memberikan sedikit tambahan tepung tapioka pada adonan. Selain itu kegagalan produk diakibatkan pengeringan (proses menjemur di bawah matahari) kurang sempurna, sehingga muncul belatung kecil. Hal ini bisa diatasi dengan proses pengeringan menggunakan oven, karena saat itu sinar matahari sedang kurang terik.

 

Tahap Refleksi

Berdasarkan pengalaman kesulitan dan kegagalan tersebut, menjadikan anak lebih kreatif mencari cara untuk menyempurnakan karya mereka. Anak juga menjadi pribadi yang pantang menyerah, mempunyai daya lenting yang tinggi. Kritis menyikapi berbagai masalah yang terjadi. Hal ini membuat saya bangga pada ketercapaian proses pembelajaran melalui program Gerabah ini.

  

 
 

Ada hal yang belum tercapai dari program Gerabah yang kami lakukan. Awalnya kami berencana untuk menjual produk kami, untuk membantu perekonomian keluarga anak murid. Namun hal ini belum sempat terlaksana, karena kendala waktu, sarana dan prasarana. Sehingga saya mengajak rekan guru yang mengajar di jenjang SMA yang kebetulan lokasinya berdekatan untuk bekerja sama.


Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Rencananya kami akan melaksanakan program Gerabah ini dengan berkolaborasi antar jenjang (SD dan SMA). Mata pelajaran di SMA (PKWU) mengajarkan banyak hal mengenai pemasaran produk, sehingga saya pikir ini sangat cocok untuk lebih membuat program Gerabah ini lebih berhasil di masa mendatang. Murid jenjang SD yang memproduksi briket, dan murid SMA yang mendesain dan membuat kemasan menarik, mengiklankan dan menjualnya. Hal ini menjadi planning kami di tahun ajaran baru nanti. Saya akan mencoba menghubungi rekan guru jenjang SMA untuk berkoordinasi, kemudian menghubungi Kepala Sekolah SMA tersebut, meminta persetujuan. Langkah berikutnya adalah mendiskusikan program bersama, dengan rekan guru, Kepala Sekolah di SD kami, Kepala Sekolah SMA. Besar harapan saya supaya program ini berkelanjutan serta memberi dampak positif bagi semua pihak, terutama murid dan lingkungan.

Comments

  1. Mantaaap bu Dadi,,,
    Tulisannya sangat menginspirasi,,,

    Semangaaat yaaa

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

RPP Berdiferensiasi Matematika Kelas 6 SD

3.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran